Peranan Bimbingan dan Konseling (BK) semakin penting di sekolah,
terutama untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Hampir dapat
dipastikan bahwa dalam satu sekolah akan didapati murid-murid yang
memiliki masalah kesulitan belajar. Siswa yang mengalami kesulitan
belajar tersebut harus diarahkan dan diberi motivasi dalam bentuk
bimbingan dan penyuluhan.
Untuk menyelenggarakan layanan ini dengan baik, salah satu syarat pokok
yang dikuasai adalah memahami hakikat bimbingan dan konseling itu
sendiri. Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberi bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta
kehidupan pada umumnya (Sukardi, 1995: 6).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa bagi yang mendapat
penyuluhan nantinya akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan
memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyakat pada
umumnya. Dikatakan demikian, karena dengan bimbingan akan membantu
individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk
sosial.
Bimbingan dapat juga diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan
yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing
agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,
pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan
yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Sukardi, 1983: 12).
Dalam pengertian lain dikatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka
itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian
ini mencakup lima fungsi pokok, yakni (1) mengenal diri sendiri dan
lingkungannya; (2) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara
positif dan dinamis; (3) mengambil keputusan; (4) mengarahkan diri; dan
(5): mewujudkan diri. (Partowisastro: 1983: 7)
Dengan membandingkan pengertian bimbimbingan sebagaimana yang telah
dikutip di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang
secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau
sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian yang
menjadi tujuan usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang
hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri yaitu:
1. Mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya
2. Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis
3. Mengambil keputusan
4. Mengarahkan diri sendiri
5. Mewujdukan diri sendiri.
2. Menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis
3. Mengambil keputusan
4. Mengarahkan diri sendiri
5. Mewujdukan diri sendiri.
Pemberian bimbingan dapat dilakukan dengan berbagai cara, serta
menggunakan berbagai saluran dan bahan yang ada, misalnya memberi mereka
kesempatan untuk membaca dan menelaah sebuah buku tentan sopan-santun,
tata tertib, disiplin, cara belajar yang efektif, dan sebagainya.
Kata konseling dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “penyuluhan”,
yaitu bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik.
Layanan penyuluhan merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan
secara keseluruhan.
Sukardi (1983: 16) memberikan pengertian konseling sebagai suatu jenis
layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling
diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, di
mana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk
mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan
maslah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
Usaha yang dilakukan di dalam konseling ini hendaknya merupakan usaha
yang laras, yaitu seimbang dan sesuai dengan masalah yang dialami oleh
klien dan kemampuan konselor sendiri. Karena konseling merupakan
pertemuan yang paling akrab antara dua orang, yaitu konselor dan klien,
maka keakraban ini harus dibina dengan baik, sehingga tercipta suasana
keterbukaan dan kekeluargaan. Hal ini penting dalam upaya menggali
permasalahan dan menemukan solusi yang tepat.
Dengan memperhatikan pengertian bimbingan dan konseling sebagaimana yang
telah diuraikan di atas, maka hendaknya usaha bimbingan dan konseling
tersebut tidak dilakukan oleh sembarang orang, melainkan oleh tenaga
yang terlatih untuk itu. Keahlian yang dibutuhkan dalam bidang ini
adalah mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan pandangan yang
hendaknya disertai oleh kematangan pribadi dan kemauan yang kuat untuk
melakukan bimbingan dan konseling.
Kepustakaan:
Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Organisasi Administrasi Bimbungan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
Sukardi, Dewa Ketut. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Partowisastro, H. Koestoer. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah. Jakarta: Erlangga.
Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Organisasi Administrasi Bimbungan dan Konseling di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
Sukardi, Dewa Ketut. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Partowisastro, H. Koestoer. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah. Jakarta: Erlangga.